Senin, 15 Juni 2020

“Berbagi Pengalaman Menerbitkan Buku”

Kuliah Online Bersama PGRI, dan Om Jay

Waktu             : Jumat, 05 Juni 2020, pukul 19.00 – 21.00

Nara Sumber   : Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd

Materi              : Berbagi Pengalaman Menerbitkan Buku



Malam hari ini nara sumber dari kegiatan kuliah online bersama om jay adalah Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd., di awal beliau menyapa peserta dengan mengucapkan Bismillahirrohmaanirrohiim, Wa alaikum salam. Beliau memberikan pengalamannya tentang proses menerbitkan buku. Pada intinya beliau  berproses menerbitkan buku saat usia sudah hampir mendekati 50 tahun, tetapi berbekal pedoman  better late than never beliau terus berusaha dan belajar bagaimana beliau akhirnya ketagihan untuk bisa menulis buku dan terus mengupgride diri sehingga bisa naik kelas. Tahun2007 disaat jeda setelah dua puluh lima tahun itu akhirnya  baru bisa mengambil kuliah S2 disaat itulah beliau berkenalan dengan internet, berkenalan dengan medsos, pergi ke Perpustakaan dan juga ke toko buku sampai pada akhirnya beliau menemukan satu buku karangan Ersis yang sering beliau panggil Kang Ewa yang mengatakan “menulis itu gampang”.

            Dari buku itu beliau termotivasi  memiliki keyakinan bahwa beliau bisa menulis. Dan setelah itu pada tahun 2009 ketika beliau ikut rapat di MGMP Bahasa Inggris ada satu teman yang mengajak untuk menulis buku ajar. Kebetulan saat itu yang membutuhkan adalah penerbit Erlangga, kemudian beliau mengiyakan dan mulai menyusun buku seri pendalaman materi ujian nasional Mata pelajaran Bahasa Inggris untuk SMK. Membuat buku ajar prosesnya cukup lama kurang lebih enam bulan setelah direvisi akhirnya pada bulan oktober tahun 2010 buku itu terbit. Walaupun buku itu disusun oleh dua orang penulis tetapi tetap pihak erlangga ada satu penasehat, jadi satu buku itu tim penyusunnya ada tiga orang.

            Dari buku itulah beliau merasakan suatu keuntungan mungkin dalam bentuk kepuasan  ada karena buku itu tingkat nasional dan digunakan untuk anak SMK khususnya kelas tiga , kemudian juga menikmati royaltinya yang setiap semester pasti akan mengalir di buku rekening beliau. Buku tersebut dikatakan laris manis karena pada tahun 2015 ada edisi revisinya penulisnya ditambah lagi satu orang dan kebetulan masuk untuk buku yang harus dibeli atau harus masuk dibidang pengadaan jadi hampir di seluruh Indonesia menggunakan buku tersebut. Karena skupnya tingkat Nasional maka omset penjualan juga laris manis dan itu mengimbas juga pada penulisnya. Disaat itulah beliau dibuat tercengang dan bersyukur  karena hitungannya lumayan dan hampir lebih dari uang sertifikasi dan bisa dimanfaatkan untuk belajar dan belajar lagi.

            Untuk penerbitan buku secara indie beliau mulai tahun 2009, dan tahun 2010 buku beliau sudah selesai namun masih menggunakan nama pena Astutiana Mujono, nama tersebut terinspirasi saat beliau mengisi blog kompasiana, nama Astuti diberikan tambahan ana sehingga menjadi Astutiana. Buku itu ditulis apa adanya sesuai dengan apa yang ada di hati dan pikiran beliau sampai buku tersebut tebalnya 418 halaman. Buku itu berkisah dari mulai Ibu beliau masih remaja bertemu dengan ayah beliau  sampai mentok pada beliau berusia 50 tahun. Setelah itu beliau ikut menulis buku antologi bersama teman-teman yang cinta literasi ada yang dari kompasiana dan ada yang dari blogger, juga dari komunitas-komunitas lain dengan berbagai tema, jadi buku antologi yang ditulis ada sekitar dua puluh lima buku. Dengan menulis di buku  antologi maka kita banyak belajar berbagai macam jenis tulisan dari teman-teman kita dan akhirnya kita akan memiliki ciri kepenulisan sendiri.

            Dalam proses belajar menulis sekaligus menerbitkan sendiri itu memang gurih-gurih sedap, beliau bisa bertemu dengan Bapak wijaya kusumah di tahun 2013 saat sudah menerbitkan tiga buah buku, yakni buku ajar bahasa inggris, buku parenting, dan buku kisah pertemuan ibu beliau saat remaja dengan ayah beliau yang hingga berusia 50 tahun dan kuliah S2 diberi judul Ku Gelar Sajadah Cinta. Buku ini menjadi pusat pedoman beliau, dan mengambil ide yang bisa beliau kembangkan. Lanjut dengan buku parenting secara islami diberi judul Seni Mendidik anak Secara Islami dan buku diterbitkan semi mayor karena ketika buku itu diterbitkan beliau tidak mengeluarkan uang tetapi beliau diberikan seratus buah buku untuk dijual dengan diskon 40%. Dan di tahun 2017 beliau mendapat sedikit royalty dari penjaulan buku tersebut.

            Proses menulis buku dilakukan dengan cara mencari tahu dan sampai mencari mentor untuk mengajari beliau dengan biaya yang cukup mahal, namun itupun hasilnya belum maksimal. Dengan adanya berbagai macam dunia kepenulisan beliau semakin tertarik mengikuti kegiatan pelatihan yang diadakan secara daring maupun luring. Kegiatan yang dilakukan ini sebagai ajang silahturahmi dan banyak memiliki teman yang berprofesi sama sebagai seorang penulis. Seperti pepatah yang mengatakan  jika ingin menjadi seorang penulis maka harus bergaul dengan seorang penulis”, dan kalau mau harum wanginya maka dekat-dekat orang yang menjual parfum dan jika dekat dengan sorang pande besi maka aromanya akan seperti besi.

Seiring berjalannya waktu beliau naik kelas dan sering diajak untuk berbagi mengisi materi dan melakukan bedah buku. Ada salah satu buku beliau yang dicetak secara indie yang berjudul The Storys of Wonder Woman dicetak sebanyak seribu eksemplar. Buku tersebut berisi tentang kisah motivasi yaitu bagaimana para perempuan tangguh berusaha untuk menggapai ridho Allah. Buku itu beliau tulis cukup lama kurang lebih selama delapan bulan karena buku itu diambil dari True Story yang bentuknya ke Faksi, yakni fakta tapi fiksi, tujuan penulisan buku ini kehidupan perempuan tangguh itu paling tidak bisa memotivasi perempuan-perempuan lain agar tetap semangat dan tidak putus serta selalu tetap sabar dan iklas ketika menghadapi cobaan.

Untuk buku beliau yang masuk nominasi di tahun 2018 yaitu nominasi gerakan guru menulis buku yang diadakan oleh komunitas besar dan tingkat nasional dengan judul Perempuan terbungkas sebuah novel yang mengisahkan tentang perempuan yang hidup di era tahun tujuh puluhan setingnya di kota Solo, bagaimana kehidupannya yang pelik dari seorang anak yang disia-siakan oleh Ibu-Bapaknya dan dia harus berjuang menapaki kehidupannya sampai akhirnya menemukan cinta sejatinya dan terakhirnya adalah Happy Anding. Buku yang masuk di nominasi berikutnya adalah buku parenting yang beliau beri judul Merawat harapan. Yang dimaksud dengan harapan adalah kehadiran seorang anak, bagaimana kita meyiapkan anak tersebut untuk memiliki mental juara. Di dalam buku tersebut beliau memaparkan tentang bagaimana menyiapkan gizi anak tersebut, cara mengajarnya dan bagaimana memperlakukan tahapan anak-anak dari usia dini hingga usia menginjak dewasa. Buku ini hanya masuk sepuluh besar, walaupun tidak masuk nomor satu, namun banyak teman yang didapatkan, piagam dan buku itu akan menjadi jejak atau bukti bahwa beliau pernah menulis dan pernah hidup yang beliau bisa ukir dan bisa berguna untuk orang lain.

Melihat video singkat beberapa karya buku beliau, ada buku di sebelah buku storys of wonder women berjudul English woo English is so isi get merupakan buku yang luar biasa. Buku ini didedikasikan bagi mereka yang ingin belajar Bahasa Inggris dari awal atau pemula, bisa juga untuk anak SD, Bapak/Ibu pemerhati pendidikan atau guru les. Buku tersebut cukup tebal sekitar 428 halaman, disusun sangat detail dari mulai percakapan, latihan soal, dan contohnya, buku ini dibuat selama satu tahun dan buku ini dicetak secara indie.

Kemudian beliau juga bercerita tentang buku yang terinspirasi dari yang berkedok kejahatan  di medsos. Buku ini diangkat dari kisah nyata persitiwa penipuan melalui medsos, yang nantinya memberikan sebuah edukasi bagi masyarakat agar tidak terjebak dan tertipu dengan berbagai hal yang sering terjadi. Seperti banyak sekali bule-bule yang mengaku duda kaya dan butuh seorang istri. Buku ini lebih bayak berisi percakapan agar tidak banyak jatuh korban.

Untuk buku antologi beliau merasa perlu asupan gizi drai orang-orang hebat yang bregerak diliterasi, yang menyebabkan beliau banyak memiliki komunitas pegiat literasi, asosiasi guru menulis, dan juga ibu-ibu doyan menulis.

Dalam waktu tiga bulan ini beliau menulis di blog dan akhirnya berhasil mengumpulkan 37 sub judul yang berkaitan dengan korona, ini terinspirasi dari merebaknya covid-19 dan berkisah bagaimanan  menggunakan kacamata lima dimensinya untuk melihat, merasakan dan berpikir positif tentang kejadian-kejadian yang dialami oleh semua orang ketika dunia melawan korona.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar