Rabu, 29 April 2020

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN METODE OUTDOOR DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK XI MIPA-4 SMA NEGERI 2 NEGARA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018 PADA MATERI SISTEM KOLOID


ABSTRAK
OLEH
SASTRIKA, IDA AYU KADE
Penelitian Tindakan Kelas ini dilatarbelakangi oleh: (1) hasil belajar peserta didik masih tergolong rendah; (2) Aktivitas belajar kurang aktif; (3) metode pembelajaran guru cenderung masih konvensional; dan (4) siswa belum memiliki motivasi belajar yang baik. Kondisi ini ingin diubah melalui penerapan model pembelajaran discovery learning dengan metode outdoor. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas penerapan model pembelajaran discovery learning dengan metode outdoor.dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik pada materi sistem koloid.
            Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dengan langkah-langkah pokok: planning, acting, observing, reflekting dengan selalu melakukan revisi tindakan untuk menemukan hasil yang lebih baik atau akurat. Pengolahan datanya dianalisis secara deskriptif.
            Dengan prosedur penelitian tindakan yang dilakukan, ditemukan hasil sebagai berikut: (1) Penerapan model pembelajaran discovery learning dengan metode outdoor dapat dikatakan efektif diterapkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada materi sisitem koloid kelas XI MIPA 4  SMA Negeri 2 Negara  pada semester genap  tahun pelajaran 2017/2018 yang dibuktikan dari hasil penelitian pada siklus I, dan II adalah sebagai berikut, aktivitas belajar pada siklus I  ada 3 orang peserta didik memperoleh kualifikasi sangat baik, 19 orang peserta didik memperoleh kualifikasi baik  dan 11 orang peserta didik memperoleh kualifikasi cukup  dan pada siklus II ada 6 orang peserta didik memperoleh kualifikasi sangat baik dan 27 orang peserta didik memperoleh kulifikasi baik, dan rata-rata hasil belajar peserta didik untuk siklus I dan siklus II berturut-turut adalah 72,12 dan 81,82. Sedangkan ketuntasan klasikalnya adalah 58,00% dan 94,00%.
            Sehubungan dengan hasil penelitian ini, maka disarankan untuk mencoba menerapkan model pembelajaran discovery learning dengan metode outdoor.
Kata kunci; discovery learning, metode outdoor, aktivitas belajar, hasil belajar


PENDAHULUAN
            Pendidikan kimia berpotensi memainkan peranan strategis dalam menyiapkan SDM yang berkualitas untuk berkompetisi dalam penguasaan dan pengembangan IPTEK. Potensi ini dapat terwujud, jika pendidikan  kimia mampu melahirkan peserta didik yang kuat dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, berpikir kritis, kreatif, berinisiatif dan adaptif terhadap perkembangan IPTEK. Menghafal materi pelajaran tanpa proses berpikir tidak lagi cukup dalam mengimbangi perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat. Dalam perkembangan IPTEK ini, peserta didik dituntut agar mampu menggali informasi secara cermat, melakukan evaluasi, bersikap terbuka, mampu memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.
            Materi sistem koloid di mata pelajaran kimia, sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Namun selama penulis mengajar materi ini disetiap tahunnya selalu merasakan ketidakpuasan karena hasil belajar peserta didik pada materi sistem koloid tidak pernah mencapai KKM, dan ketertarikan peserta didik untuk memahami sistem kloid tidak ada. Aktivitas belajar peserta didik juga sangat rendah yang berimplikasi pada rendahnya hasil belajar. Oleh karena itu, upaya untuk lebih mengaktifkan peserta didik perlu dicarikan jalan keluar.
Dalam penerapan Kurikulum 2013 maka setiap guru diharapkan dapat mengembangkan berbagai model pembelajaran inovatif. Penerapan berbagai model pembelajaran inovatif dewasa ini dilandasi oleh landasan filosofis bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah” (Depdiknas, 2002 : 1). Dasar filosofis ini mengandung makna bahwa belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Selama ini proses belajar mengajar berorientasi pada target penguasaan materi yang terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak untuk memecah berbagai persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan inilah yang terjadi di kelas-kelas sekolah selama ini.
            Dalam proses belajar mengajar kedudukan guru sangat strategis. Kedudukan strategis ini dapat dilihat dari tugas guru yaitu sebagai perancang dan pelaksana proses pembelajaran. Keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran tergantung pada strategi pembelajaran yang dirancangnya.
Dewasa ini ada upaya-upaya inovatif dibidang pembelajaran yaitu dengan menerapkan pembelajaran inovatif. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning dengan metode outdoor.
Discovery Learning adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tanpa pemberitahuan langsung; sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri (Russefendi dalam Nurdiansyah, 2008). Sedangkan metode pembelajaran  dengan menggunakan outdoor adalah salah satu metode pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar diluar kelas/di alam. Metode ini membuat peserta didik tidak mudah merasa bosan karena mereka akan belajar dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu diluar kelas/di alam. Contohnya dalam pelajaran IPA yaitu mengamati populasi suatu wilayah. Peserta didik akan mengamati secara langsung bagaimana cara mengamati dan menghitung populasi. Guru bisa membawa peserta didik ke halaman sekolah. Dengan begitu peserta didik akan lebih mengerti dan memahami materi yang sedang dipelajari. Dengan melakukan praktek secara langsung peserta didik juga akan lebih mudah untuk mengingat. Sehingga metode ini sangat efektif apabila digunakan dalam proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran konvensional, materi sistem koloid pada mata pelajaran kimia, dilaksanakan dengan guru menyampaikan materi, peserta didik bersifat pasif mendengarkan penjelasan guru. Dalam hal ini aktivitas belajar peserta didik sangat rendah. Berpijak pada hal ini, maka penulis mencoba menerapkan model pembelajaran discovery learning dengan metode outdoor dalam meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik untuk materi sistem koloid. tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui dan menedskripsikan (1) penerapan model pembelajaran discovery learning dengan metode outdoor dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dalam materi sistem koloid pada  peserta didik kelas XI MIPA-4 SMA Negeri 2 Negara semester 2 tahun pelajaran 2017/2087; (2) model pembelajaran discovery learning dengan metode outdoor dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam materi sistem koloid pada peserta didik kelas XI MIPA-4 SMA Negeri 2 Negara semester 2 tahun pelajaran 2017/2018.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan dalam kelas pada khususnya yang bermuara pada peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik. Subjek dalam penelitian ini adalah semua peserta didik kelas XI MIPA-4 SMA Negeri 2 Negara tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 33 orang. Alasan pengambilan subjek penelitian ini adalah karena dari kelas tersebut dapat diungkap beberapa permasalahan seperti yang sudah disebutkan dalam latar belakang. Objek penelitian tindakan kelas  ini adalah: 1) hasil belajar kimia, dan 2) aktivitas belajar peserta didik kelas XI MIPA-4 SMA Negeri 2 Negara tahun pelajaran 2017/2018 melalui penerapan model pembelajaran discovery learning dengan metode pembelajaran outdoor dalam pembelajaran kimia.
Sesuai dengan seting penelitian, bahwa penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2017/2018 pada semester genap tepatnya di bulan Desember 2017 penyusunan proposal  dan di bulan April 2018 sampai dengan  bulan Juni 2018 perencanaan tindakan dan pelaksanaan tindakan sampai pebuatan laporan. Penelitian ini dibagi dalam dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi/evaluasi, dan 4) refleksi.
Data yang dikumpulkan meliputi: 1) aktivitas belajar peserta didik, dan 2) hasil belajar peserta didik. Data aktivitas belajar peserta didik dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi, sedangkan data hasil belajar menggunakan tes hasil belajar. Data tentang aktivitas belajar siwa dianalisis secara deskriptif dengan menarasikan kegiatan-kegiatan peserta didik selama pembelajaran. Pedoman observasi aktivitas peserta didik terdiri dari 4 item,  masing-masing item terdiri dari 3 indikator, sehingga skor maksimum 12 dan skor minimum 4. Dengan demikian nilai aktivitas dikonversikan ke skala 100 yang dapat ditentukan dengan rumus:


Selanjutnya skor aktivitas peserta didik dalam pembelajaran dikonfirmasikan pada pedoman konversi dalam skala lima, yaitu sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik dan sangat kurang baik. Indikator keberhasilan peningkatan kualitas aktivitas peserta didik dalam penelitian ini, terdiri dari tiga katagori, yaitu baik, cukup, dan kurang. Katagori baik, jika minimal 75 % peserta didik melakukan aktivitas sesuai dengan parameter yang diukur. Katagori cukup, jika minimal 50 % peserta didik melakukan aktivitas sesuai dengan parameter yang diukur. Sedangkan katagori kurang, jika kurang dari 50 % peserta didik melakukan aktivitas sesuai parameter yang diukur.
Data Hasil belajar peserta didik dianalisis secara deskriptif yang diperoleh melalui tes hasil belajar. Tes hasil belajar yang diberikan pada setiap akhir pokok bahasan (akhir siklus) adalah berupa pilihan ganda sebanyak 15 soal. Jika peserta didik benar mendapat poin 1, jika peserta didik salah mendapat poin 0. skor peserta didik kemudian dikonversi ke dalam skala 100 melalui persamaan:


Berdasarkan nilai hasil belajar peserta didik, selanjutnya dicari nilai rata-rata hasil belajar peserta didik      
                                                       
dengan rumus:



                                                            (Diadaptasi dari Arikunto, 2003)
Keterangan:
  = jumlah nilai hasil belajar peserta didik
N      = jumlah peserta didik

    = nilai rata-rata hasil belajar peserta didik

Adapun ketuntasan hasil belajar peserta didik dapat ditentukan dengan menggunakan daya serap peserta didik (DSS) dan ketuntasan klasikal (KK).
KK =  (banyak siswa yang tuntas/jumlah siswa ) x 100%


Kriteria yang digunakan adalah, peserta didik dikatakan tuntas jika DSS ≥ 70% dan satu kelas di katakan tuntas jika KK ≥ 85%. Hal ini sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh SMA Negeri 2 Negara. Penelitian dikatakan berhasil jika nilai rata-rata hasil belajar peserta didik  
≥ 70 dan ketuntasan klasikal (KK) ≥ 85%. 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa aktivitas belajar peserta didik akibat penerapan model pembelajaran discovery learning dengan metode outdoor pada siklus I belum berlangsung dengan baik, sehingga masih perlu ditingkatkan. Pada siklus I  aktivitas peserta didik masih ada dalam suasana tegang dan ragu akan kemampuan diri, sehingga guru terus membimbing peserta didik dalam kelompoknya agar tujuan pembelajaran tercapai secara bersama-sama.
Model pembelajaran discovery learning dikembangkan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyingkap atau mencari tahu tentang suatu permasalahan atau sesuatu yang sebenarnya ada namun belum mengemuka dan menemukan solusinya berdasarkan hasil pengolahan informasi yang dicari dan dikumpulkannya sendiri, sehingga peserta didik memiliki pengetahuan baru yang dapat digunakannya dalam memecahkan persoalan yang relevan dalam kehidupan sehari-hari
Berdasarkan analisis data, diperoleh bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran discovery learning dengan metode outdoor dapat meningkatkan  hasil belajar peserta didik dan aktivitas belajar peserta didik, terutama dalam hal keterampilan kerja sama dan kolaborasi sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Secara kuantitatif, rata-rata hasil belajar peserta didik untuk siklus I dan siklus II berturut-turut adalah 72,12 dan 81,82 . Sedangkan ketuntasan klasikalnya adalah 58,00% dan 94,00%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dan ketuntasan dari siklus I ke siklus II.  Pada aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran akibat penerapan model pembelajaran discovery learning dengan metode outdoor, pada siklus I  ada 3 orang peserta didik memperoleh kualifikasi sangat baik, 19 orang peserta didik memperoleh kualifikasi baik  dan 11 orang peserta didik memperoleh kualifikasi cukup  dan pada siklus II ada 6 orang peserta didik memperoleh kualifikasi sangat baik dan 27 orang peserta didik memperoleh kulifikasi baik.
Secara umum, jika dilihat dari perbandingan hasil yang diperoleh dari siklus I, dan siklus II, maka pelaksanaan tindakan yang dilakukan dapat dikatakan berhasil meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini terjadi karena penerapan model pembelajran discovery learning peserta didik dituntut untuk belajar mandiri, menemukan sendiri, sehingga keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna. Dalam penemuan peserta didik memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi banyak peserta didik dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan. Digunakan metode outdoor dalam penelitian ini memberikan dampak positif terhadap peserta didik terutama dapat mengurangi rasa jenuh, bosan peserta didik, dan dapat membuat peserta didik senang juga tertarik terhadap pelajaran dan lingkungan sekitarnya. Keadaan peserta didik demikian akan sangat mempengaruhi daya tangkap peserta didik dalam menerima dan memahami konsep yang dipelajari. Bila dalam suatu proses pembelajaran peserta didik merasa senang, tidak jenuh dan bosan, maka daya tangkap peserta didik dalam menerima dan memahami konsep yang dipelajari akan baik sehingga secara langsung dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik itu sendiri.
Pada siklus I ketuntasan belajar peserta didik baru mencapai 58,00%, ini masih jauh dari ketuntasan secara klasikal yakni 85%. Hal ini dikarenakan peserta didik belum terbiasa dengan cara belajar yang baru bagi mereka. Selama ini peserta didik terbiasa menerima pengetahuan dan tidak terbiasa menggali pengetahuan sendiri. Selain itu kendala yang menyebabkan hasil belajar pada siklus I belum tuntas adalah: 1) peserta didik belum terbiasa belajar penemuan, 2) peserta didik belum terbiasa memanfaatkan sumber belajar dengan optimal, 3) peserta didik belum terbiasa untuk menyampaikan pertanyaan dan  menyampaikan jawaban secara jelas, singkat dan sesuai konteks.
Bertolak dari kendala yang dihadapi pada siklus I, guru mengadakan perbaikan tindakan untuk diterapkan pada siklus II. Perbaikan yang dilakukan antara lain, 1)memberikan motivasi kepada peserta didik di setiap kelompok untuk berani mencoba sesuatu yang baru dan berani melakukan inovasi, 2) memberikan materi lebih awal untuk dipelajari di rumah.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II disesuaikan dengan hasil refleksi siklus I dengan melakukan beberapa tindakan perbaikan. Perbaikan tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ternyata secara kuantitas dapat meningkatkan hasil belajar kimia peserta didik. Hal ini tampak dari kesiapan peserta didik untuk mengikuti pelajaran. Secara langsung peserta didik sudah melaksanakan kegitan sesuai dengan sintak pembelajaran discovery learning.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa hasil belajar kimia peserta didik secara kuantitas mengalami peningkatan dari siklus ke silkus. Rata-rata skor hasil belajar peserta didik pada silkus I mencapai 72,12. Pada siklus II rata-rata meningkat sehingga menjadi 81,82. Ketuntasan hasil belajar peserta didik pada siklus I mencapai 58,00% . Pada siklus II ketuntasan hasil belajar peserta didik meningkat sehingga menjadi 94%. Secara umum pembelajaran sudah mengalami peningkatan dan belajar menjadi lebih bermakna.
Dari paparan di atas, secara umum telah mampu menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini. Penerapan model  pembelalajaran discovery learning dengan metode outdoor  sudah dapat dikatakan mampu mengatasi rendahnya hasil belajar kimia peserta didik di kelas XI MIPA-4 SMA Negeri 2 Negara. Walaupun tidak sepenuhnya mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik sampai ke katagori sangat baik, tetapi paling tidak hasil belajar kimia terutama materi sistem koloid peserta didik yang awalnya (sebelum pemberian tindakan) masih sangat rendah sudah dapat ditingkatkan ke kategori baik, baik secara klasikal maupun individu.  
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. (1) Penerapan model pembelajaran discovery learning dengan metode outdoor dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik di kelas XI MIPA-4 SMA Negeri 2 Negara Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini terlihat dari kualifikasi aktivitas belajar peserta didik pada siklus I  ada 3 orang peserta didik memperoleh kualifikasi sangat baik, 19 orang peserta didik memperoleh kualifikasi baik  dan 11 orang peserta didik memperoleh kualifikasi cukup  dan pada siklus II ada 6 orang peserta didik memperoleh kualifikasi sangat baik dan 27 orang peserta didik memperoleh kulifikasi baik. (2) Penerapan  model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA-4 SMA Negeri 2 Negara Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata hasil belajar peserta didik pada siklus I sebesar 72,12 dengan ketuntasan 58,00% meningkat pada siklus II menjadi 81,82 dengan dengan ketutasan 94%.


DAFTAR PUSTAKA

Adelia ,Vera. 2012. Metode Mengajar  Anak di Luar Kelas (Ourdoor Study).Yogyakarta: Divapress.
Anton, M, Mulyono. 2001. Aktivitas Belajar. Bandung: Yrama Widya
Arikunto. 2003. Management Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud, 1999. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas, 2002. Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas, 2005. Panduan Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Direktorat PPTK dan KPT Dirjen Dikti
Dimyati, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke Cipta
Dini Andriani, 2017. Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi dan Penguasaan Konsep Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 6, No. 2 Edisi Agustus 2017, 308-302
Hosnan, 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia
Husamah. 2013. Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning. Jakarta: Prestasi Pustaka .
Irmi, 2018. Penerapan Model Discovery Learning Melalui Game Gets Lucky Pada Materi Hidrokarbon dan Minyak Bumi Dalam Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI MIPA 2  SMAN Unggul Aceh Timur. Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA, Vol 02, N0. 01, hlm 15-20  
Komara, E. 2014. Belajar dan Pemebelajaran Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama
Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya
Kurniasih, dkk. 2014. Strategi-Strategi Pembelajaran. Bandung: Alfabet
Lasmawan, I W. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. (PTK). Singaraja: IKIP Singaraja.
Permendikbud No. 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Menengah
Rosalia. 2005. Aktivitas Belajar. http://translate. Google.co.id. diakses tanggal 1 Desember  2017
Sadia, I W. 1998. Reformasi pendidikan sains (IPA) menuju masyarakat yang literasi sains dan teknologi. Makalah. Disajikan pada sidang terbuka orasi pengukuhan guru besar tetap dalam pendidikan ilmu pengetahuan alam pada STKIP Singaraja, tanggal 14 oktober 1998 di Singaraja.
Sriyono, 2002. Aktivitas Belajar. Ctrl + click toffolow link. Diakses tanggal 1 Desember 2017
Sudjana, Nana. (2016). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Rosdikarya
Supriyanto, Bambang. 2014. Penerapan Discovery Learning untuk Meningkatkan Keliling dan Luas Lingkaran di SDN Tanggul Wetan 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Pancaran, 3 (2), 165 – 174
Direktorat Pembinaan SMA, 2017. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar