Rabu, 29 April 2020

PEMANFAATAN BUNGA TAHI KOTOK SEBAGAI INDIKATOR ALTERNATIF ASAM BASA


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses belajar mengajar di sekolah menengah atas dalam pembelajaran Kimia, pada materi larutan asam basa KD (4.1) Mendeskripsikan teori-teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH larutan. Menuntut siswa mampu untuk mengklasifikasikan suatu zat sesuai dengan sifat keasamannya (asam dan basa). Sifat asam dan basa suatu zat dapat diketahui menggunakan sebuah indikator. Indikator yang sering digunakan antara lain kertas lakmus, fenolftalein, metil merah, dan brom timol biru. Indikator tersebut akan memberikan perubahan warna jika ditambahkan larutan asam atau basa. Indikator ini biasanya dikenal sebagai indikator sintetis (Hizbul Wathan, et al, 2015).
 Indikator sintetis sangat dibutuhkan ditingkat sekolah menengah dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran Kimia pada mata praktikum identifikasi larutan asam basa yang berfungsi untuk mengetahui pH larutan dalam suatu percobaan. Indikator sintetis memiliki beberapa kelemahan yaitu, polusi kimia, ketersediaan dan biaya produksi yang tinggi, serta harganya yang relatif mahal. Sehingga tidak semua sekolah dapat menyediakannya dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan adanya indikator asam basa alternatif dari bahan–bahan yang mudah didapatkan untuk membantu proses belajar mengajar di sekolah menengah. Setiap sekolah yang belum bisa menyediakan indikator sintetis dapat menggantinya dengan indikator alami, karena pembuatannya yang relatif mudah dan murah. Indikator tersebut dapat diperoleh dengan memanfaatkan bagian dari tanaman sekitar yang mengandung antosianin. Menurut Muflihah (2014), adanya pigmen (zat warna) yang dapat digunakan sebagai larutan indikator.
Larutan indikator merupakan suatu larutan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu sifat larutan, yaitu asam, basa dan netral yang dapat dilihat dari perubahan warna yang ditimbulkan. Sehingga guru dan siswa dapat membuat sendiri indikator tersebut sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Indonesia dengan kekayaan jenis tanaman yang beraneka ragam dapat memberikan peluang besar dalam pemanfaatan tanaman yang ada dilingkungan sekitar menjadi suatu produk yang lebih bermanfaat. Bagian tanaman yang mengandung antosianin dapat digunakan sebagai indikator asam basa, karena dapat berubah warna pada suasana asam maupun basa (Marwati, 2011). Masing-masing bunga penghasil warna mempunyai sifat spesifik dalam penggunaannya sebagai indikator alami. Indikator alami dapat dibuat dengan memanfaatkan zat warna yang ada pada tumbuhan.
Zat warna pada tumbuhan merupakan senyawa organik yang berwarna seperti yang dimiliki oleh indikator sintesis. Indikator ini selain mudah dibuat juga mudah didapat. Tumbuhan yang digunakan untuk membuat indikator harus memiliki karakteristik warna sehingga ekstrak dari tumbuhan tersebut dapat memberikan perubahan warna yang berbeda-beda pada setiap pH. Penelitian Muflihah (2014), memanfaatkan beberapa ekstrak dari tanaman bunga mawar merah, bunga karamunting, dan bunga nusa indah yang dapat digunakan sebagai indikator alami asam-basa. Salah satu jenis bunga yang dapat digunakan adalah bunga tahi kotok. Warna bunga tahi kotok memberikan indikasi bahwa bunga tersebut mengandung pigmen alami (antosianin) yang dapat digunakan sebagai zat pewarna alami alternatif. Kandungan senyawa antosianin dalam bunga tahi kotok dapat diperoleh dengan proses ekstraksi.

Gambar 1. Bunga Tahi Kotok (Tagetes erecta L)

Penelitian Nuryanti (2010), metode ekstraksi yang digunakan untuk pembuatan larutan  indikator asam basa adalah dengan cara maserasi. Pelarut yang dapat digunakan untuk proses maserasi salah satunya adalah alkohol, sifat pelarut yang polar dapat melarutkan zat warna tumbuhan yang juga memiliki sifat polar. Sifat antosianin yang hidrofilik menyebabkannya sering diekstraksi dengan menggunakan pelarut alkohol atau air. Hasil maserasi yang mengandung antosianin dapat digunakan sebagai bahan indikator asam basa, baik berupa indikator cair ataupun kertas.  Indikator alami dapat dibuat dalam 3 bentuk yaitu kertas, larutan, dan serbuk. Pembuatan indikator alami dalam bentuk larutan dimaksudkan untuk menggantikan ketersediaan indikator di sekolah menengah.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti berinisiatif memanfatkan bunga tahi kotok sebagai bahan utama dalam pembuatan indikator asam basa sebagai upaya untuk mengoptimalkan tanaman lokal sebagai bahan alternatif. Pemanfaatan ekstrak bunga pukul empat juga diharapkan dapat membantu.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
  1. Apakah ekstrak bunga tahi kotok dapat digunakan sebagai indikator alternatif untuk mengidentifikasi asam basa?

1.3 Manfaat
Karya ini diharapakan dapat dipergunakan sebagai bahan referensi dalam pembelajaran, sehingga dapat memberikan sumbangan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya.



BAB II METODE
2.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak bunga tahi kotok bisa digunakan sebagai indikator asam-basa alternatif. Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif meliputi perubahan warna larutan asam kuat (HCl), dan basa kuat (NaOH) yang ditetesi ekstrak bunga tahi kotok.
 2.2 Rancangan Penelitian
Membuat larutan indikator dari bunga tahi kotok dengan jalan menumbuk bunga tahi kotok kemudian ditambahkan alcohol 70% lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh diuji dengan larutan asam klorida dan natrium hidroksida













BAB III HASIL EKSPERIMEN DAN PEMBAHASAN
Dari hasil eksperimen didapat bahwa, ekstrak bunga tahi kotok (Tagetes erecta L) yang diteteskan ke dalam larutan asam (HCl) berwarna kuning muda,  yang diteteskan ke dalam larutan basa (NaOH) berwarna kuning pekat, dan yang diteteskan dengan larutan netral aquades berwarna kuning pekat. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak bunga tahi kotok (Tagetes erecta L) dapat dijadikan indikator asam basa. Ekstrak bunga tahi kotok (Tagetes erecta L) memberikan warna yang berbeda dalam larutan asam, basa, dan netral sehingga ekstrak bunga ini dapat digunakan untuk indicator. Perhatikan Gambar 3 berikut ini.



Gambar 3. Pengujian Ekstrak Bunga Tahi Kotok (Tagetes erecta L)
dengan Asam (HCl) dan Basa (NaOH)

Pemilihan bunga tahi kotok (Tagetes erecta L) sebagai indikator alternative didasari pada kandungan antosianin yang terdapat di dalam bunga tersebut. Antosianin merupakan senyawa berwarna yang dapat menghasilkan warna merah, kuning, biru, ungu pada bunga dan buah-buahan. Pada penelitian ini, bunga tahi kotok (Tagetes erecta L) memiliki pH 5,6 yang bersifat asam dengan antosianin berwarna kuning yaitu bentuk kalkon.
Umumnya perubahan warna indikator tergantung pada konsentrasi ion    H+ dan ion OH- dalam larutan. Bunga tahi kotok (Tagetes erecta L) adalah salah satu jenis bunga yang mengandung pigmen antosianin. Apabila antosianin direaksikan dengan senyawa yang bersifat asam maka ekstrak akan berubah warna menjadi merah (tergantung konsentrasi ion OH+). Sifat kimia antosianin yang bersifat basa pigmennya akan berubah warna menjadi hijau atau berkisar akan menjadi warna kuning (tergantung konsentrasi ion OH-). Terjadinya perubahan warna tersebut disebabkan perubahan struktur antosianin akibat pengaruh ion H+ dan OH-.  Prinsip perubahan warna pada indikator adalah sebagai berikut.

HIn + H2O                                       In- + H3O+
Warna A                                          Warna B

Dalam asam terjadi pergeseran kesetimbangan kearah warna A dan dalam basa akan terjadi pergeseran kesetimbangan ke arah warna B. Untuk uji bunga tahi kotok (Tagetes erecta L), warna A adalah kuning muda (dalam asam) dan warna B adalah kuning pekat (dalam basa).
Untuk memperoleh ekstrak bunga tahi kotok (Tagetes erecta L), peneliti menambahkan alcohol 70% sebagai pelarut. Untuk mengetahui apakah ekstrak bunga tahi kotok (Tagetes erecta L) dapat digunakan sebagai indikator, peneliti menguji ektrak bunga tahi kotok (Tagetes erecta L) dengan larutan asam, larutan basa, dan larutan netral (aquades). Ekstrak bunga tahi kotok (Tagetes erecta L) yang diteteskan ke dalam larutan asam HCl berwarna kuning muda. Ekstrak bunga tahi kotok (Tagetes erecta L) yang diteteskan dengan larutan basa NaOH berwarna kuning pekat, dan ekstrak bunga tahi kotok (Tagetes erecta L) yang diteteskan dalam larutan netral berwarna kuning pekat. Ekstrak bunga tahi kotok (Tagetes erecta L) memberikan warna yang berbeda dalam larutan asam, basa, dan netral sehingga ekstrak bunga ini dapat digunakan sebagai indikator alternatif.
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak bunga tahi kotok (Tagetes erecta L) dapat dijadikan indikator asam basa.








BAB IV PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat penulis simpulkan bahwa ekstrak bunga tahi kotok (Tagetes erecta L) dapat digunakan sebagai indikator alternatif.




























DAFTAR PUSTAKA

Hizbul W., Yulianto, E. dan Martina R. 2015. “Pemanfaatan  Bunga Tapak Dara  sebagai Alternatif Pembuatan Indikator pH  Asam‐Basa”. Jurnal FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

Marwati, Siti. 2011. Kestabilan Warna Ekstrak Kubis Ungu (Brassica oleracea) Sebagai Indikator Alami Titrasi Asam Basa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,  Fakultas MIPA: Universitas Negeri Yogyakarta

Muflihah. 2014. Pemanfaatan Ekstrak Dan Uji Stabilitas Zat Warna Dari Bunga Nusa Indah Merah (Musaenda frondosa), Bunga Mawar Merah (Rosa), dan Bunga Karamunting (Melastoma malabathricum) Sebagai Indikator Asam-Basa Alami.

Unggul Sudarma. 2014. Kimia untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam, Surakarta, Erlangga







Tidak ada komentar:

Posting Komentar