Rajinlah
Membaca!!! Mulailah Menulis!!! Terus Motivasi Diri!!! Selesaikan Tulisan Anda!!!
Ini yang pertama kali menarik perhatian saat membaca PPT “Pengalaman Menulis
Buku Di Penerbit Mayor”. Sepertinya
pernyataan-pernyataan tersebut sangat gampang dilakukan. Mungkinkan ini bisa dilakukan bagi seorang
pemula yang sangat sulit untuk mengolah kata-kata untuk merangkai sebuah
kalimat sehingga bisa menarik minat pembaca???
Bapak Ukim Komarudin mengawali
materinya dengan menyampaikan bahwa
menulis merupakan ekspresi pribadi saya. Oleh karena itu saya merasa sangat
penting agar saya memiliki tempat mencurahkan segala kegelisahan atau apapun
bentuknya, lalu saya menemukan menulis adalah sarana yang tepat buat saya. Saya
tak pernah merasa kawatir terkait dengan kualitas tulisan saya. Saya juga tidak
perduli dengan ragam atau apa yang menjadi trend di masyarakat. Bapak Ukim
Komarudin mempertegas lagi “Pokoknya Menulis”. Menulis adalah Kubutuhan. Saya
merasa menemukan lebih tentang “saya” dengan menulis. Demikian hal itu terus
berjalan hingga jika tidak dilakukan seperti ada sesuatu yang hilang.
Demikianlah saya menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya. Apa adanya. Selain
menulis apa adanya, saya pun menulis apa saja. Karena saya guru, saya menulis
terkait pelajaran, beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan yang
harus dituliskan di majalah, dan menulis buku harian. Begitu setiap saat diisi
oleh menulis.
Wah
sederhana sekali apa yang disampaikan oleh Bapak Ukim Komarudin, terlintas
dipikiran saya akan menulis apa saja dan apa adanya, mulai termotivasi, muncul
dipikiran ide-ide, sepertinya banyak hal yang bisa saya tulis tentang apa yang
saya lihat dan saya alami. Kembali lagi apa yang disampaikan Bapak Ukim
Komarudin “ Hingga suatu hari,
tulisan-tulisan itu mulai dilirik orang-orang terdekat yang dalam hal ini
teman-teman guru. Satu dua teman berkomentar bahwa tulisan saya bagus. Istilah
mereka, tulisan saya emotif. Kata mereka juga tulisan saya dapat membuat
pembaca larut dalam cerita. Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa saya sederhana
dan mudah dicerna oleh pembaca. Ada juga yang mengaku bahwa sepenggal tulisan
saya dapat dijadikan ceramah atau kultum, dan sebagainya. Karena komentar
tersebut, saya mencoba membukukan tulisan-tulisan saya yang selama ini merekam
semua kejadian karena saya memang senang membuat buku harian. Ada beberapa
kejadian, tetapi tema besarnya, yang saya tuliskan merupakan pelajaran seorang
dewasa (guru) dari anak-anak cerdas yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan
itu beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh, maka saya
menuliskan judul buku tersebut Menghimpun
Yang Berserak . Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam
kehidupan yang sangat bermanfaat bagi saya, dan semoga bermanfaat pula buat
orang lain”.
Sampai
suatu saat Bapak Ukim Komarudin mempunyai kesempatan untuk menerbitkan hasil
karyanya di salah satu penerbit yang kebetulan Bapak Ukim Komarudin menjadi
penanggung jawab penerbitan buku di sekolahnya. Pada proses penerbitan buku Bapak
Ukim Komarudin diinterview, di mana dalam kesempatan interview itu Bapak Ukim
Komarudin banyak mendapatkan pengetahuan terkait tips dan trik menerbitkan
buku. Namun seiring perjalanan akan diterbitkannya buku yang ditulisnya
terlintas pertanyaan, “apakah buku yang berjudul Menghimpun Yang Berserak akan
laku di pasaran?”, “ Kalau sudah ada, apakah buku saya punya nilai tambah
sehingga pembaca melirik dan membeli buku saya?”, “Untuk kepentingan pasar, apakah saya
bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)?”. Saat inilah
Bapak Ukim Komarudin merasakan kurang nyaman dan mulai merasa terpenjara.
Nah
suatu hari Bapak Ukim Komarudin bertemu dengan seorang teman yang sudah menjadi penulis beneran. Dikatakanlah bahwa apa yang
dialami Bapak Ukim Komarudin adalah sebuah pengalaman yang sangat baik dan
patut disyukuri. Dalam proses menulis sampai menerbitkan buku harus melibatkan
tim agar tulisan yang kita buat sampai kepada pembaca. Tim yang dimaksud adalah
editor. Editor adalah garda depan yang menentukan naskah itu layak diterbitkan
atau sebaliknya. Tim berikutnya adalah seorang yang membidangi bagian gambar
sampul, ilustrasi foto, tata letak dan lainnya. Tim inilah yang akan
menyukseskan karya kita.
Kesimpulan
Menulislah setiap hari apa
saja dan apa adanya, jadikan menulis itu adalah sebuah kebutuhan. Dengan
menulis kita akan menemukan kebahagiaan, menulis berarti kita “MENCIPTAKAN
SEJUMLAH KEBAIKAN”.
Semangat menulis...
BalasHapussuksma
BalasHapus