ABSTRAK
OLEH
SASTRIKA,
IDA AYU KADE
Penelitian Tindakan
Kelas ini dilatarbelakangi oleh: (1) hasil belajar peserta didik masih
tergolong rendah; (2) Aktivitas belajar kurang aktif; (3) metode pembelajaran
guru cenderung masih konvensional; dan (4) siswa belum memiliki motivasi
belajar yang baik. Kondisi ini ingin diubah melalui penerapan model pembelajaran discovery learning dengan metode outdoor. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
tingkat efektivitas penerapan model
pembelajaran discovery learning
dengan metode outdoor.dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar dan
hasil belajar peserta didik pada materi sistem koloid.
Penelitian
Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dengan
langkah-langkah pokok: planning, acting,
observing, reflekting dengan selalu
melakukan revisi tindakan untuk menemukan hasil yang lebih baik atau akurat.
Pengolahan datanya dianalisis secara deskriptif.
Dengan
prosedur penelitian tindakan yang dilakukan, ditemukan hasil sebagai berikut:
(1) Penerapan model pembelajaran discovery learning dengan metode outdoor dapat dikatakan efektif diterapkan untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada materi sisitem
koloid kelas XI MIPA 4 SMA Negeri 2
Negara pada semester genap tahun pelajaran 2017/2018 yang dibuktikan
dari hasil penelitian pada siklus I, dan II adalah sebagai berikut, aktivitas
belajar pada siklus I ada 3 orang
peserta didik memperoleh kualifikasi sangat baik, 19 orang peserta didik
memperoleh kualifikasi baik dan 11 orang
peserta didik memperoleh kualifikasi cukup
dan pada siklus II ada 6 orang peserta didik memperoleh kualifikasi
sangat baik dan 27 orang peserta didik memperoleh kulifikasi baik, dan rata-rata
hasil belajar peserta didik untuk siklus I dan siklus II berturut-turut adalah
72,12 dan 81,82. Sedangkan ketuntasan klasikalnya adalah 58,00% dan 94,00%.
Sehubungan dengan hasil penelitian
ini, maka disarankan untuk mencoba menerapkan model pembelajaran discovery
learning dengan metode outdoor.
Kata kunci;
discovery learning, metode outdoor, aktivitas belajar, hasil
belajar
PENDAHULUAN
Pendidikan kimia berpotensi memainkan peranan strategis dalam menyiapkan
SDM yang berkualitas untuk berkompetisi dalam penguasaan dan pengembangan
IPTEK. Potensi ini dapat terwujud, jika pendidikan kimia mampu melahirkan peserta didik yang
kuat dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, berpikir kritis,
kreatif, berinisiatif dan adaptif terhadap perkembangan IPTEK. Menghafal
materi pelajaran tanpa proses berpikir tidak lagi cukup dalam mengimbangi perkembangan
teknologi dan informasi yang semakin pesat. Dalam perkembangan IPTEK ini,
peserta didik dituntut agar mampu menggali informasi secara cermat, melakukan
evaluasi, bersikap terbuka, mampu memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.
Materi sistem koloid di mata pelajaran kimia,
sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Namun selama penulis
mengajar materi ini disetiap tahunnya selalu merasakan ketidakpuasan karena
hasil belajar peserta didik pada materi sistem koloid tidak pernah mencapai
KKM, dan ketertarikan peserta didik untuk memahami sistem kloid tidak ada. Aktivitas belajar peserta didik juga
sangat rendah yang berimplikasi pada rendahnya hasil belajar. Oleh karena itu, upaya untuk lebih mengaktifkan peserta
didik perlu dicarikan jalan keluar.
Dalam penerapan Kurikulum 2013 maka setiap guru
diharapkan dapat mengembangkan berbagai model pembelajaran inovatif. Penerapan
berbagai model pembelajaran inovatif dewasa ini dilandasi oleh landasan
filosofis bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
alamiah” (Depdiknas, 2002 : 1). Dasar filosofis ini mengandung makna bahwa
belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya. Selama ini proses belajar mengajar berorientasi pada target penguasaan materi yang terbukti
berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali
anak untuk memecah berbagai persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan
inilah yang terjadi di kelas-kelas sekolah selama ini.
Dalam proses
belajar mengajar kedudukan guru sangat strategis. Kedudukan strategis ini dapat
dilihat dari tugas guru yaitu sebagai perancang dan pelaksana proses
pembelajaran. Keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran tergantung pada
strategi pembelajaran yang dirancangnya.
Dewasa ini ada upaya-upaya inovatif dibidang pembelajaran
yaitu dengan menerapkan pembelajaran inovatif. Salah satu
upaya yang dapat ditempuh adalah dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning dengan metode outdoor.
Discovery
Learning adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa
sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tanpa
pemberitahuan langsung; sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri (Russefendi
dalam Nurdiansyah, 2008). Sedangkan metode pembelajaran dengan menggunakan outdoor adalah salah satu
metode pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar diluar kelas/di
alam. Metode ini membuat peserta didik tidak mudah merasa bosan karena mereka
akan belajar dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu diluar kelas/di alam.
Contohnya dalam pelajaran IPA yaitu mengamati populasi suatu wilayah. Peserta
didik akan mengamati secara langsung bagaimana cara mengamati dan menghitung
populasi. Guru bisa membawa peserta didik ke halaman sekolah. Dengan begitu
peserta didik akan lebih mengerti dan memahami materi yang sedang dipelajari.
Dengan melakukan praktek secara langsung peserta didik juga akan lebih mudah
untuk mengingat. Sehingga metode ini sangat efektif apabila digunakan dalam
proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran konvensional, materi
sistem koloid pada mata pelajaran kimia, dilaksanakan dengan guru menyampaikan
materi, peserta didik bersifat pasif mendengarkan penjelasan guru. Dalam hal
ini aktivitas belajar peserta didik sangat rendah. Berpijak pada hal ini, maka
penulis mencoba menerapkan model pembelajaran discovery learning dengan metode
outdoor dalam meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik
untuk materi sistem koloid. tujuan
dari penelitian adalah untuk mengetahui dan menedskripsikan (1) penerapan model
pembelajaran discovery learning
dengan metode outdoor dapat
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dalam materi sistem
koloid pada peserta didik kelas XI MIPA-4 SMA
Negeri 2 Negara semester 2 tahun pelajaran 2017/2087; (2) model pembelajaran discovery learning dengan metode outdoor dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam materi sistem
koloid pada peserta didik kelas XI MIPA-4 SMA
Negeri 2 Negara semester 2 tahun pelajaran 2017/2018.
METODE
Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan
kelas (PTK) ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan dalam kelas
pada khususnya yang bermuara pada peningkatan aktivitas belajar dan hasil
belajar peserta didik. Subjek dalam penelitian ini adalah semua peserta didik
kelas XI MIPA-4 SMA Negeri 2 Negara tahun pelajaran
2017/2018 yang berjumlah 33 orang. Alasan pengambilan subjek penelitian
ini adalah karena dari kelas tersebut dapat diungkap beberapa permasalahan
seperti yang sudah disebutkan dalam latar belakang. Objek penelitian tindakan
kelas ini adalah: 1) hasil belajar
kimia, dan 2) aktivitas belajar peserta didik kelas XI MIPA-4 SMA Negeri 2
Negara tahun pelajaran 2017/2018 melalui
penerapan model pembelajaran discovery learning dengan metode
pembelajaran outdoor
dalam pembelajaran kimia.
Sesuai
dengan seting penelitian, bahwa penelitian ini dilaksanakan pada tahun
pelajaran 2017/2018 pada semester genap tepatnya di bulan Desember 2017
penyusunan proposal dan di bulan April
2018 sampai dengan bulan Juni 2018
perencanaan tindakan dan pelaksanaan tindakan sampai pebuatan laporan.
Penelitian ini dibagi dalam dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari
empat tahapan yaitu: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi/evaluasi, dan 4)
refleksi.
Data
yang dikumpulkan meliputi: 1) aktivitas belajar peserta didik, dan 2) hasil
belajar peserta didik. Data aktivitas belajar peserta didik dikumpulkan dengan
menggunakan lembar observasi, sedangkan data hasil belajar menggunakan tes
hasil belajar. Data tentang aktivitas belajar siwa dianalisis secara deskriptif
dengan menarasikan kegiatan-kegiatan peserta didik selama pembelajaran. Pedoman
observasi aktivitas peserta didik terdiri dari 4 item, masing-masing item terdiri dari 3 indikator,
sehingga skor maksimum 12 dan skor minimum 4. Dengan demikian nilai aktivitas
dikonversikan ke skala 100 yang dapat ditentukan dengan rumus:
Selanjutnya skor
aktivitas peserta didik dalam pembelajaran dikonfirmasikan pada pedoman
konversi dalam skala lima, yaitu sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik dan
sangat kurang baik. Indikator keberhasilan peningkatan kualitas aktivitas
peserta didik dalam penelitian ini, terdiri dari tiga katagori, yaitu baik,
cukup, dan kurang. Katagori baik, jika minimal 75 % peserta didik melakukan
aktivitas sesuai dengan parameter yang diukur. Katagori cukup, jika minimal 50
% peserta didik melakukan aktivitas sesuai dengan parameter yang diukur.
Sedangkan katagori kurang, jika kurang dari 50 % peserta didik melakukan
aktivitas sesuai parameter yang diukur.
Data Hasil
belajar peserta didik dianalisis secara deskriptif yang diperoleh melalui tes
hasil belajar. Tes hasil belajar yang diberikan pada
setiap akhir pokok bahasan (akhir siklus) adalah berupa pilihan ganda sebanyak
15 soal. Jika peserta didik benar mendapat poin 1, jika peserta didik salah
mendapat poin 0. skor peserta didik kemudian dikonversi ke dalam skala 100 melalui persamaan:
Berdasarkan
nilai hasil belajar peserta didik, selanjutnya dicari nilai rata-rata hasil
belajar peserta didik
dengan rumus:
(Diadaptasi
dari Arikunto, 2003)
Keterangan:
N = jumlah peserta didik
Adapun ketuntasan hasil
belajar peserta didik dapat ditentukan dengan menggunakan daya serap peserta
didik (DSS) dan ketuntasan klasikal (KK).
KK
= (banyak siswa yang tuntas/jumlah siswa ) x 100%
Kriteria yang digunakan
adalah, peserta didik dikatakan tuntas jika DSS ≥ 70% dan satu kelas di katakan
tuntas jika KK ≥ 85%. Hal ini sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh SMA
Negeri 2 Negara. Penelitian dikatakan berhasil jika nilai rata-rata hasil belajar
peserta didik
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan bahwa aktivitas belajar peserta didik akibat
penerapan model pembelajaran discovery learning dengan metode outdoor pada
siklus I belum berlangsung dengan baik, sehingga masih perlu ditingkatkan. Pada
siklus I aktivitas peserta didik masih
ada dalam suasana tegang dan ragu akan kemampuan diri, sehingga guru terus membimbing
peserta didik dalam kelompoknya agar tujuan pembelajaran tercapai secara
bersama-sama.
Model
pembelajaran discovery learning dikembangkan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menyingkap atau mencari tahu tentang suatu permasalahan
atau sesuatu yang sebenarnya ada namun belum mengemuka dan menemukan solusinya
berdasarkan hasil pengolahan informasi yang dicari dan dikumpulkannya sendiri,
sehingga peserta didik memiliki pengetahuan baru yang dapat digunakannya dalam
memecahkan persoalan yang relevan dalam kehidupan sehari-hari
Berdasarkan
analisis data, diperoleh bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran discovery
learning dengan metode outdoor dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan aktivitas
belajar peserta didik, terutama dalam hal keterampilan kerja sama dan
kolaborasi sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Secara kuantitatif,
rata-rata hasil belajar peserta didik untuk siklus I dan siklus II
berturut-turut adalah 72,12 dan 81,82 . Sedangkan ketuntasan klasikalnya adalah
58,00% dan 94,00%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dan
ketuntasan dari siklus I ke siklus II.
Pada aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran akibat penerapan
model pembelajaran discovery learning dengan metode outdoor, pada siklus I ada 3 orang peserta didik memperoleh
kualifikasi sangat baik, 19 orang peserta didik memperoleh kualifikasi
baik dan 11 orang peserta didik
memperoleh kualifikasi cukup dan pada
siklus II ada 6 orang peserta didik memperoleh kualifikasi sangat baik dan 27
orang peserta didik memperoleh kulifikasi baik.
Secara
umum, jika dilihat dari perbandingan hasil yang diperoleh dari siklus I, dan
siklus II, maka pelaksanaan tindakan yang dilakukan dapat dikatakan berhasil
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini terjadi karena penerapan
model pembelajran discovery learning peserta didik dituntut untuk belajar
mandiri, menemukan sendiri, sehingga keterampilan, konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna. Dalam penemuan
peserta didik memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi banyak peserta didik
dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan. Digunakan metode
outdoor dalam penelitian ini memberikan dampak positif terhadap peserta didik
terutama dapat mengurangi rasa jenuh, bosan peserta didik, dan dapat membuat
peserta didik senang juga tertarik terhadap pelajaran dan lingkungan
sekitarnya. Keadaan peserta didik demikian akan sangat mempengaruhi daya
tangkap peserta didik dalam menerima dan memahami konsep yang dipelajari. Bila
dalam suatu proses pembelajaran peserta didik merasa senang, tidak jenuh dan
bosan, maka daya tangkap peserta didik dalam menerima dan memahami konsep yang
dipelajari akan baik sehingga secara langsung dapat mempengaruhi hasil belajar
peserta didik itu sendiri.
Pada
siklus I ketuntasan belajar peserta didik baru mencapai 58,00%, ini masih jauh
dari ketuntasan secara klasikal yakni 85%. Hal ini dikarenakan peserta didik
belum terbiasa dengan cara belajar yang baru bagi mereka. Selama ini peserta
didik terbiasa menerima pengetahuan dan tidak terbiasa menggali pengetahuan
sendiri. Selain itu kendala yang menyebabkan hasil belajar pada siklus I belum
tuntas adalah: 1) peserta didik belum terbiasa belajar penemuan, 2) peserta
didik belum terbiasa memanfaatkan sumber belajar dengan optimal, 3) peserta
didik belum terbiasa untuk menyampaikan pertanyaan dan menyampaikan jawaban secara jelas, singkat
dan sesuai konteks.
Bertolak
dari kendala yang dihadapi pada siklus I, guru mengadakan perbaikan tindakan
untuk diterapkan pada siklus II. Perbaikan yang dilakukan antara lain,
1)memberikan motivasi kepada peserta didik di setiap kelompok untuk berani
mencoba sesuatu yang baru dan berani melakukan inovasi, 2) memberikan materi
lebih awal untuk dipelajari di rumah.
Pelaksanaan
tindakan pada siklus II disesuaikan dengan hasil refleksi siklus I dengan
melakukan beberapa tindakan perbaikan. Perbaikan tindakan yang dilaksanakan
pada siklus II ternyata secara kuantitas dapat meningkatkan hasil belajar kimia
peserta didik. Hal ini tampak dari kesiapan peserta didik untuk mengikuti
pelajaran. Secara langsung peserta didik sudah melaksanakan kegitan sesuai
dengan sintak pembelajaran discovery learning.
Berdasarkan
uraian di atas terlihat bahwa hasil belajar kimia peserta didik secara
kuantitas mengalami peningkatan dari siklus ke silkus. Rata-rata skor hasil
belajar peserta didik pada silkus I mencapai 72,12. Pada siklus II rata-rata
meningkat sehingga menjadi 81,82. Ketuntasan hasil belajar peserta didik pada
siklus I mencapai 58,00% . Pada siklus II ketuntasan hasil belajar peserta
didik meningkat sehingga menjadi 94%. Secara umum pembelajaran sudah mengalami
peningkatan dan belajar menjadi lebih bermakna.
Dari
paparan di atas, secara umum telah mampu menjawab rumusan masalah yang diajukan
dalam penelitian ini. Penerapan model
pembelalajaran discovery learning dengan metode outdoor sudah dapat dikatakan mampu mengatasi
rendahnya hasil belajar kimia peserta didik di kelas XI MIPA-4 SMA Negeri 2
Negara. Walaupun tidak sepenuhnya mampu meningkatkan hasil belajar peserta
didik sampai ke katagori sangat baik, tetapi paling tidak hasil belajar kimia
terutama materi sistem koloid peserta didik yang awalnya (sebelum pemberian
tindakan) masih sangat rendah sudah dapat ditingkatkan ke kategori baik, baik
secara klasikal maupun individu.
PENUTUP
Berdasarkan
hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut. (1) Penerapan model pembelajaran discovery learning
dengan metode outdoor dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik di
kelas XI MIPA-4 SMA Negeri 2 Negara Tahun Pelajaran
2017/2018. Hal ini terlihat dari kualifikasi aktivitas belajar peserta
didik pada siklus I ada 3 orang peserta
didik memperoleh kualifikasi sangat baik, 19 orang peserta didik memperoleh
kualifikasi baik dan 11 orang peserta
didik memperoleh kualifikasi cukup dan
pada siklus II ada 6 orang peserta didik memperoleh kualifikasi sangat baik dan
27 orang peserta didik memperoleh kulifikasi baik. (2) Penerapan model pembelajaran discovery learning dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA-4 SMA Negeri 2 Negara Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini terlihat dari
nilai rata-rata hasil belajar peserta didik pada siklus I sebesar 72,12 dengan
ketuntasan 58,00% meningkat pada siklus II menjadi 81,82 dengan dengan
ketutasan 94%.
DAFTAR PUSTAKA
Adelia
,Vera. 2012. Metode Mengajar Anak di Luar Kelas (Ourdoor Study).Yogyakarta:
Divapress.
Anton, M, Mulyono. 2001. Aktivitas Belajar. Bandung: Yrama Widya
Arikunto. 2003. Management
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud,
1999. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas,
2002. Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar.
Jakarta: Depdiknas
Depdiknas,
2005. Panduan Pengembangan Model
Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Direktorat PPTK dan KPT Dirjen
Dikti
Dimyati,
2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke Cipta
Dini
Andriani, 2017. Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Metakognisi dan Penguasaan Konsep Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Kimia, Vol. 6, No. 2 Edisi Agustus 2017, 308-302
Hosnan,
2014. Pendekatan Saintifik dan
Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia
Husamah.
2013. Pembelajaran Luar Kelas Outdoor
Learning. Jakarta: Prestasi Pustaka .
Irmi, 2018.
Penerapan Model Discovery Learning Melalui Game Gets Lucky Pada Materi
Hidrokarbon dan Minyak Bumi Dalam Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa
Kelas XI MIPA 2 SMAN Unggul Aceh Timur.
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA, Vol 02, N0. 01, hlm 15-20
Komara,
E. 2014. Belajar dan Pemebelajaran
Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama
Kosasih,
E. 2014. Strategi Belajar dan
Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya
Kurniasih,
dkk. 2014. Strategi-Strategi Pembelajaran.
Bandung: Alfabet
Lasmawan, I W.
2003. Penelitian Tindakan Kelas. (PTK). Singaraja: IKIP Singaraja.
Permendikbud No. 24
Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 Pada
Pendidikan Dasar dan Menengah
Rosalia. 2005. Aktivitas Belajar. http://translate. Google.co.id. diakses tanggal 1
Desember 2017
Sadia, I W. 1998. Reformasi
pendidikan sains (IPA) menuju masyarakat yang literasi sains dan teknologi.
Makalah. Disajikan pada sidang terbuka orasi pengukuhan guru besar tetap dalam
pendidikan ilmu pengetahuan alam pada STKIP Singaraja, tanggal 14 oktober 1998
di Singaraja.
Sriyono,
2002. Aktivitas Belajar. Ctrl + click toffolow link. Diakses tanggal 1 Desember
2017
Sudjana,
Nana. (2016). Penilaian Hasil Belajar
Mengajar. Bandung: Rosdikarya
Supriyanto,
Bambang. 2014. Penerapan Discovery Learning untuk Meningkatkan Keliling dan
Luas Lingkaran di SDN Tanggul Wetan 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember.
Pancaran, 3 (2), 165 – 174
Direktorat
Pembinaan SMA, 2017. Model-Model
Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar