BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses
belajar mengajar di sekolah menengah atas dalam pembelajaran Kimia, pada materi
larutan asam basa KD (4.1) Mendeskripsikan teori-teori asam basa dengan
menentukan sifat larutan dan menghitung pH larutan. Menuntut siswa mampu untuk
mengklasifikasikan suatu zat sesuai dengan sifat keasamannya (asam dan basa).
Sifat asam dan basa suatu zat dapat diketahui menggunakan sebuah indikator.
Indikator yang sering digunakan antara lain kertas lakmus, fenolftalein, metil
merah, dan brom timol biru. Indikator tersebut akan memberikan perubahan warna
jika ditambahkan larutan asam atau basa. Indikator ini biasanya dikenal sebagai
indikator sintetis (Hizbul Wathan, et al, 2015).
Indikator sintetis sangat dibutuhkan ditingkat
sekolah menengah dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran Kimia
pada mata praktikum identifikasi larutan asam basa yang berfungsi untuk
mengetahui pH larutan dalam suatu percobaan. Indikator sintetis memiliki
beberapa kelemahan yaitu, polusi kimia, ketersediaan dan biaya produksi yang
tinggi, serta harganya yang relatif mahal. Sehingga tidak semua sekolah dapat
menyediakannya dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan adanya
indikator asam basa alternatif dari bahan–bahan yang mudah didapatkan untuk
membantu proses belajar mengajar di sekolah menengah. Setiap sekolah yang belum
bisa menyediakan indikator sintetis dapat menggantinya dengan indikator alami,
karena pembuatannya yang relatif mudah dan murah. Indikator tersebut dapat diperoleh
dengan memanfaatkan bagian dari tanaman sekitar yang mengandung antosianin.
Menurut Muflihah (2014), adanya pigmen (zat warna) yang dapat digunakan sebagai
larutan indikator.
Larutan
indikator merupakan suatu larutan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
suatu sifat larutan, yaitu asam, basa dan netral yang dapat dilihat dari
perubahan warna yang ditimbulkan. Sehingga guru dan siswa dapat membuat sendiri
indikator tersebut sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Indonesia
dengan kekayaan jenis tanaman yang beraneka ragam dapat memberikan peluang
besar dalam pemanfaatan tanaman yang ada dilingkungan sekitar menjadi suatu
produk yang lebih bermanfaat. Bagian tanaman yang mengandung antosianin dapat
digunakan sebagai indikator asam basa, karena dapat berubah warna pada suasana
asam maupun basa (Marwati, 2011). Masing-masing bunga penghasil warna mempunyai
sifat spesifik dalam penggunaannya sebagai indikator alami. Indikator alami
dapat dibuat dengan memanfaatkan zat warna yang ada pada tumbuhan.
Zat
warna pada tumbuhan merupakan senyawa organik yang berwarna seperti yang
dimiliki oleh indikator sintesis. Indikator ini selain mudah dibuat juga mudah
didapat. Tumbuhan yang digunakan untuk membuat indikator harus memiliki
karakteristik warna sehingga ekstrak dari tumbuhan tersebut dapat memberikan
perubahan warna yang berbeda-beda pada setiap pH. Penelitian Muflihah (2014),
memanfaatkan beberapa ekstrak dari tanaman bunga mawar merah, bunga
karamunting, dan bunga nusa indah yang dapat digunakan sebagai indikator alami
asam-basa. Salah satu jenis bunga yang dapat digunakan adalah bunga tahi kotok.
Warna bunga tahi kotok memberikan indikasi bahwa bunga tersebut mengandung
pigmen alami (antosianin) yang dapat digunakan sebagai zat pewarna alami alternatif.
Kandungan senyawa antosianin dalam bunga tahi kotok dapat diperoleh dengan
proses ekstraksi.
Gambar 1. Bunga
Tahi Kotok (Tagetes erecta L)
Penelitian
Nuryanti (2010), metode ekstraksi yang digunakan untuk pembuatan larutan indikator asam basa adalah dengan cara
maserasi. Pelarut yang dapat digunakan untuk proses maserasi salah satunya
adalah alkohol, sifat pelarut yang polar dapat melarutkan zat warna tumbuhan
yang juga memiliki sifat polar. Sifat antosianin yang hidrofilik menyebabkannya
sering diekstraksi dengan menggunakan pelarut alkohol atau air. Hasil maserasi
yang mengandung antosianin dapat digunakan sebagai bahan indikator asam basa,
baik berupa indikator cair ataupun kertas.
Indikator alami dapat dibuat dalam 3 bentuk yaitu kertas, larutan, dan
serbuk. Pembuatan indikator alami dalam bentuk larutan dimaksudkan untuk
menggantikan ketersediaan indikator di sekolah menengah.
Berdasarkan
latar belakang di atas, peneliti berinisiatif memanfatkan bunga tahi kotok
sebagai bahan utama dalam pembuatan indikator asam basa sebagai upaya untuk
mengoptimalkan tanaman lokal sebagai bahan alternatif. Pemanfaatan ekstrak
bunga pukul empat juga diharapkan dapat membantu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
- Apakah
ekstrak bunga tahi kotok dapat digunakan sebagai indikator alternatif
untuk mengidentifikasi asam basa?
1.3
Manfaat
Karya
ini diharapakan dapat dipergunakan sebagai bahan referensi dalam pembelajaran,
sehingga dapat memberikan sumbangan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya.
BAB
II METODE
2.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang
bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak bunga tahi kotok
bisa digunakan sebagai indikator
asam-basa alternatif. Analisis data yang digunakan adalah analisis data
deskriptif kualitatif meliputi perubahan warna larutan asam
kuat (HCl), dan basa kuat (NaOH) yang ditetesi ekstrak bunga tahi kotok.
2.2 Rancangan Penelitian
Membuat
larutan indikator dari bunga tahi kotok dengan jalan menumbuk bunga tahi kotok
kemudian ditambahkan alcohol 70% lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh diuji
dengan larutan asam klorida dan natrium hidroksida
BAB III HASIL EKSPERIMEN DAN
PEMBAHASAN
Dari hasil eksperimen didapat bahwa, ekstrak bunga tahi
kotok (Tagetes erecta L) yang
diteteskan ke dalam larutan asam (HCl) berwarna
kuning muda, yang diteteskan ke dalam larutan basa (NaOH) berwarna kuning pekat, dan yang
diteteskan dengan larutan netral aquades berwarna kuning pekat. Hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak bunga tahi
kotok (Tagetes erecta L)
dapat dijadikan indikator asam basa. Ekstrak bunga tahi
kotok (Tagetes erecta L)
memberikan warna yang berbeda dalam larutan asam, basa, dan netral sehingga
ekstrak bunga ini dapat digunakan untuk indicator. Perhatikan Gambar 3 berikut
ini.
Gambar 3. Pengujian
Ekstrak Bunga Tahi Kotok (Tagetes erecta L)
dengan Asam (HCl)
dan Basa (NaOH)
Pemilihan bunga tahi
kotok (Tagetes erecta L)
sebagai indikator alternative didasari pada kandungan
antosianin yang terdapat di dalam bunga tersebut. Antosianin merupakan senyawa
berwarna yang dapat menghasilkan warna merah, kuning, biru, ungu pada bunga dan
buah-buahan. Pada penelitian ini, bunga tahi kotok (Tagetes
erecta L) memiliki pH 5,6
yang bersifat asam dengan antosianin berwarna kuning yaitu bentuk
kalkon.
Umumnya perubahan warna indikator tergantung pada konsentrasi ion H+ dan ion OH-
dalam larutan. Bunga tahi kotok (Tagetes erecta L) adalah salah satu jenis bunga yang
mengandung pigmen antosianin. Apabila antosianin direaksikan dengan senyawa
yang bersifat asam maka ekstrak akan berubah warna menjadi merah (tergantung
konsentrasi ion OH+). Sifat kimia antosianin yang bersifat basa pigmennya akan berubah warna menjadi
hijau atau berkisar akan menjadi warna kuning (tergantung konsentrasi ion OH-).
Terjadinya perubahan warna tersebut disebabkan perubahan struktur antosianin
akibat pengaruh ion H+ dan OH-. Prinsip perubahan warna pada indikator adalah
sebagai berikut.
HIn + H2O In-
+ H3O+
Warna A Warna B
Dalam asam terjadi pergeseran
kesetimbangan kearah warna A dan dalam basa akan terjadi pergeseran
kesetimbangan ke arah warna B. Untuk uji bunga tahi kotok (Tagetes
erecta L), warna A adalah
kuning muda (dalam asam) dan warna B adalah kuning pekat (dalam basa).
Untuk memperoleh
ekstrak bunga tahi kotok (Tagetes erecta L), peneliti menambahkan alcohol 70% sebagai pelarut. Untuk mengetahui apakah ekstrak bunga tahi
kotok (Tagetes erecta L)
dapat digunakan sebagai indikator, peneliti menguji ektrak bunga tahi kotok (Tagetes
erecta L) dengan larutan
asam, larutan basa, dan larutan netral (aquades). Ekstrak bunga tahi
kotok (Tagetes erecta L) yang
diteteskan ke dalam larutan asam HCl berwarna kuning muda. Ekstrak bunga tahi
kotok (Tagetes erecta L) yang
diteteskan dengan larutan basa NaOH berwarna kuning pekat, dan ekstrak bunga tahi
kotok (Tagetes erecta L) yang
diteteskan dalam larutan netral berwarna kuning pekat. Ekstrak bunga tahi kotok
(Tagetes
erecta L) memberikan warna
yang berbeda dalam larutan asam, basa, dan netral sehingga ekstrak bunga ini
dapat digunakan sebagai indikator alternatif.
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak bunga tahi kotok (Tagetes
erecta L) dapat dijadikan
indikator asam basa.
BAB
IV PENUTUP
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan dapat penulis simpulkan bahwa
ekstrak bunga tahi kotok (Tagetes erecta L) dapat digunakan sebagai indikator alternatif.
DAFTAR PUSTAKA
Hizbul W.,
Yulianto, E. dan Martina R. 2015. “Pemanfaatan Bunga Tapak Dara sebagai Alternatif Pembuatan Indikator pH Asam‐Basa”. Jurnal FMIPA Universitas
Negeri Yogyakarta
Marwati, Siti.
2011. Kestabilan Warna Ekstrak Kubis Ungu (Brassica oleracea) Sebagai Indikator
Alami Titrasi Asam Basa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan
Penerapan MIPA, Fakultas MIPA:
Universitas Negeri Yogyakarta
Muflihah. 2014.
Pemanfaatan Ekstrak Dan Uji Stabilitas Zat Warna Dari Bunga Nusa Indah Merah
(Musaenda frondosa), Bunga Mawar Merah (Rosa), dan Bunga Karamunting (Melastoma
malabathricum) Sebagai Indikator Asam-Basa Alami.
Unggul Sudarma.
2014. Kimia untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam,
Surakarta, Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar